Apa Dampak Perang Terhadap Bitcoin? Jadi Aset Aman atau Justru Anjlok?

Bitcoin di Tengah Perang: Jadi Aset Aman atau Ikut Tumbang?

Halo Sobat Gestun. Di tengah berita konflik global yang semakin memanas, banyak investor bertanya-tanya: “Bagaimana nasib investasi saya?” Khususnya untuk aset digital seperti Bitcoin, pertanyaannya menjadi lebih kompleks. Apakah ia akan menjadi ‘benteng pertahanan’ seperti emas, atau justru ikut rontok bersama aset berisiko lainnya?

Mari kita selami lebih dalam untuk memahami dampak perang terhadap Bitcoin dengan menjelajahi dua skenario yang paling mungkin terjadi.

Skenario 1: Bitcoin Dianggap Aset Berisiko (Harga Anjlok)

Ini adalah skenario yang paling mungkin terjadi dalam jangka pendek, dan sudah beberapa kali kita lihat polanya. Jika konflik besar pecah dan melibatkan kekuatan dunia seperti Amerika Serikat, pasar akan masuk ke mode “panik total” atau risk-off ekstrem.

Dalam kepanikan, investor tidak mencari teknologi baru atau aset spekulatif; mereka mencari keamanan dan likuiditas. Aset yang menjadi “raja” dalam situasi ini adalah Dolar AS. Investor akan menjual apa pun yang dianggap berisiko—saham, mata uang negara berkembang, dan termasuk Bitcoin—untuk memegang Dolar. Fenomena ini akan mempercepat tren yang sudah kita bahas dalam artikel Dampak Penguatan Dolar AS.

Bitcoin akan diperlakukan sama seperti pasar saham. Kepanikan ini mirip dengan Penyebab IHSG Turun, di mana dana asing keluar secara besar-besaran mencari tempat yang lebih aman.

Analisis dampak perang terhadap harga Bitcoin
Investor menganalisis pergerakan harga Bitcoin di tengah ketidakpastian global.

Skenario 2: Bitcoin Menjadi “Emas Digital” (Harga Justru Naik)

Skenario ini lebih bersifat jangka panjang dan menguji narasi utama Bitcoin sebagai “Emas Digital”. Argumennya adalah sebagai berikut: perang besar membutuhkan biaya yang sangat besar. Untuk mendanainya, pemerintah negara yang terlibat mungkin terpaksa mencetak uang secara masif.

Tindakan mencetak uang ini bisa memicu inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation) dan menggerus kepercayaan masyarakat terhadap mata uang fiat (seperti Dolar atau Rupiah). Di tengah krisis kepercayaan terhadap sistem keuangan tradisional inilah, sebagian investor mungkin akan mencari alternatif aset yang jumlahnya terbatas, tidak dikontrol pemerintah, dan mudah dipindahkan.

Dalam skenario ekstrem ini, Bitcoin akan benar-benar diuji untuk bersaing dengan emas fisik sebagai aset pelindung kekayaan utama. Peran emas sebagai aset aman saat pasar bergejolak pernah kita singgung dalam Analisis Harga Emas sebelumnya.

Jadi, Mana Skenario yang Lebih Mungkin?

Memahami dampak perang terhadap Bitcoin berarti memahami bahwa kedua skenario ini bisa terjadi dalam rentang waktu yang berbeda.

  • Jangka Pendek: Reaksi pasar kemungkinan besar akan mengikuti Skenario 1. Kepanikan akan mendominasi, dan investor akan mencari keamanan di Dolar AS, menekan harga Bitcoin.
  • Jangka Panjang: Jika perang berkepanjangan dan memicu krisis utang atau krisis mata uang, Skenario 2 menjadi semakin relevan dan narasi Bitcoin sebagai “Emas Digital” akan terbukti atau terpatahkan.

Tugas kita sebagai investor cerdas bukanlah menebak masa depan secara pasti, tapi memahami berbagai kemungkinan skenario ini untuk membangun portofolio yang lebih tangguh dan tidak mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat.


Sumber Referensi: Investing.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are makes.